Kamis, 31 Januari 2008

Sekolah harus menjadi rumah dan keluarga kedua

Sekolah merupakan rumah kedua setelah rumah tempattinggal, sekolah juga merupakan keluarga kedua setelah keluarga dirumah. sebenarnya statemen harus benar terjadi dilingkup sekolah baik tingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi. peningkatan mutu selama ini telah banyak digembor-gemborkan dari berbagai pihak guna mendukung peningkatan kualitas pendidikan masyarakat indonesia. semua itu benar dilihat dari tenaga pengajar sekolah (guru), materi yang disampaikan (matapelajaran), dan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung. akan tetapi jika semua itu telah terlaksana apakah benar anak-anak yang duduk dibangku sekolah dapat meningkat kualitas ilmu yang didapat? jawabnya, bisa IYA bisa TIDAK. IYA, semua itu bisa terjadi jika siswa-siswa dapat menerima dan memanfaatkan semua yang ada di sekolah. TIDAK, karena 1. meskipun dari segi kualitas sekolah telah ditingkatkan jika siswa-siswi tidak dapat menerima atau memanfaatkan segala fasilitas itu maka sekolah tidak lain hanyalah sebagai tempat berkumpulnya anak-anak yang terpisahkan oleh ruang-ruang, sebagai contoh misalnya; Tenaga pengajar sudah mendapat gelar doktor dan materi yang disampaikan sudah sangat bagus namun dari segi penyampaian (rethorika) tidak bisa menguasai ruang kelas maka siswa-siswi pasti akan mengalami kebosanan, biasanya bila ini terjadi bukan hanya gurunya yang dibenci tapi mata pelajaran yang seharusnya menjadi pegangan dimasadepan menjadi tidak disukai. kunci utama dari suksesnya pendidikan indonesia terletak pada kualitas guru yang benar-benar memadahi agar dapat menarik perhatian siswa-siswi supaya dapat menjadikan sekolah sebagai rumah dan keluarga kedua.


memang pendidikan utama dan pertama adalah pendidikan dari keluarga yang bisa membentuk karekter siswa-siswi. terus siapa yang bertanggungjawab atas kenakalan remaja usia sekolah yang kebanyakan mereka adalah akibat dari kurangnya pendidikan keluarga (bapak&ibu cerai, orangtua ke luar negeri, dll.)?. kenapa sekolah selalu menjadi kambing hitam jika terjadi tawuran antar pelajar? inilah permasalahan yang perlu diselesaikan dengan cara bagaimana membuat sekolah menjadi rumah dan keluarga kedua.


solusi:

1. adakan pelatihan atau diklat RETHORIKA bagi tenaga pengajar yang ada. guna untuk meningkatkan kualitas materi yang diterima siswa-siswi

2. sistem pembelajaran berbasis Problem Solving, yakni pembelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman dari siswa-siswi. kerena kemampuan setiap individu siswa-siswa berbeda-beda.

3. peraturan dan tatatertib yang dibuat harus tegas dan membuat siswa-siswi kerasan selama berada disekolah.

4. sarana dan prasarana tersedia, (kanting, mushala, kamarmandi, dan peralatan yang mendukung proses belajar mengajar.

Oleh : Muzayin Akmal K

1 komentar:

SD Muhammadiyah 5 Malang mengatakan...

duhh artikelnya baguss banget untuk perkembangan sekolah masa depan...bisa dipake tuh tips-tipsnya..